Lantaran China saat ini tengah dekat dengan Rusia dan digadang-gadang menjadi mitra setia Moskow di tengah perang dengan Kyiv.
Untuk itu, sehari setelah kunjungan 12 jamnya ke Beijing, Scholz langsung menyampaikan klarifikasi bahwa kunjungan sangat diperlukan untuk mendorong China menghindari senjata nuklir dalam perang di Rusia.
Dalam pertemuan dengan Xi, Kanselir Jerman itu berupaya untuk mendesak sekutu Rusia, yakni Beijing agar dapat menggunakan pengaruhnya dalam mencegah eskalasi lebih lanjut dan menghentikan invasi.
Scholz mengatakan jika kesepakatan Jerman dan China untuk mendorong gerakan anti-nuklir dalam perang adalah sebuah keberhasilan dan tidak perlu ditanyakan lagi kelayakannya.
"Saya pikir mengingat semua perdebatan tentang apakah perjalanan ke sana adalah hal yang benar atau tidak. Tetapi, fakta bahwa pemerintah China, presiden dan saya dapat menyatakan bahwa tidak boleh ada senjata nuklir yang digunakan dalam perang ini untuk itu saja, perjalanan ini sepadan," ujarnya.
Klaim Scholz, juga telah terverifikasi oleh tanggapan Xi Jinping yang menyatakan jika kedua negara besar itu harus bekerjasama dalam bidang ekonomi dan upaya perdamaian.
“Xi menggarisbawahi perlunya China dan Jerman, dua negara besar dengan pengaruh besar, untuk bekerja sama di masa perubahan dan ketidakstabilan serta berkontribusi lebih banyak pada perdamaian dan pembangunan global,” ungkap laporan tersebut.
Dimuat The Local, Scholz adalah Kanselir Jerman sekaligus pemimpin G7 pertama yang mengunjungi China didampingi oleh delegasi bisnis besar sejak awal pandemi Covid-19.
Perjalanan itu memicu kritik di Jerman dan di antara mitra Eropa atas ketergantungan ekonomi Berlin di Beijing, dan memicu kontroversi karena datang begitu cepat setelah Xi memperkuat kembali kekuasaannya di China bulan lalu.
BERITA TERKAIT: