Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pebisnis Australia Sambut Pertemuan Albanese dan Xi Jinping: Kesempatan Mengatur Ulang Hubungan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 15 November 2022, 16:01 WIB
Pebisnis Australia Sambut Pertemuan Albanese dan Xi Jinping: Kesempatan Mengatur Ulang Hubungan
Perdana Menteri Anthony Albanese dan Presiden China Xi Jinping di KTT G20 Bali/Net
rmol news logo Para pelaku bisnis di Australia tampak antusias menyambut pertemuan antara Perdana Menteri Anthony Albanese dan Presiden China Xi Jinping yang dijadwalkan berlangsung di sela-sela KTT G20 Bali pada Selasa sore (15/11).
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Pemimpin bisnis, seperti Jennifer Westacott, Kepala Eksekutif Dewan Bisnis Australia, mengungkap harapannya bahwa pertemuan tatap muka pertama Albanese dan Xi akan membuka kembali kesempatan kerja sama yang selama ini membeku.

"Pertemuan itu adalah kemenangan bagi Australia dan kesempatan untuk mengatur ulang hubungan ekonomi dengan mitra dagang terbesar Australia," kata Westacotr, seperti dikutip dari 9News.

Pertemuan tingkat tinggi terakhir antara China da Australia terjadi saat Malcolm Turnbull bertemu Xi di sela-sela KTT G-20 di Jerman, pada 2016.

Sejak itu, China menerapkan serangkaian hambatan perdagangan resmi dan tidak resmi pada eksportir Australia yang merugikan bisnis 20 miliar dolar Australia per tahun.

"Kehadiran perdana menteri di Bali adalah pengaturan ulang besar dalam kebijakan luar negeri," kata Westacott saat bersama Albanese di forum bisnis G20 Bali.

Sementara dia mengakui ada kesulitan dalam hubungan perdagangan Australia-China saat ini, pembicaraan antara para pemimpin negara sangat penting untuk memperbaikinya.

"Kami jelas memiliki serangkaian kesulitan dalam hubungan. Tetapi Anda tidak dapat memperbaikinya jika Anda tidak berdialog. Jadi, pentingnya [hari ini] adalah membuat dialog itu berjalan lagi," katanya.

"Dan kemudian bisnis akan datang di belakang itu dan terus memperdalam hubungannya," lanjut Westacott.

China memberlakukan pembatasan terhadap sejumlah komoditi Australia, seperti anggur, daging sapi, jelai, batu bara, makanan laut, kapas, dan barang-barang lainnya pada tahun 2020.

Pembatasan tersebut datang setelah mantan pemerintahan yang dipimpin Scott Morrison memperkenalkan undang-undang campur tangan asing dan menyerukan penyelidikan internasional tentang asal-usul pandemi Covid-19.

Sementara Canberra mengklaim bahwa mereka memiliki sedikit dasar di bawah hukum internasional, Beijing bersikeras bahwa mereka sejalan dengan hukum China dan aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Sementara itu pakar China Jennifer Hsu, dari Lowy Institute di Sydney, mengatakan kesepakatan perdagangan akan mewakili "indikator niat baik".

"Saya pikir perdagangan akan menjadi buah yang paling rendah untuk ditangani kedua belah pihak dengan cara konstruktif apa pun. Dan mudah-mudahan, awal dalam membangun kembali kepercayaan antara Australia dan China," kata Hsu.

Selain perdagangan, Albanese dan Xi juga diperkirakan akan membahas penahanan warga Australia Cheng Lei dan Yang Hengjun, yang keduanya ditahan di Tiongkok.

Para pemimpin juga kemungkinan akan membahas keamanan regional dan meningkatnya ketegasan China di kawasan Asia Pasifik.

Awal tahun ini China menandatangani pakta keamanan yang kontroversial dengan Kepulauan Solomon, yang terletak kurang dari 2000 km dari pantai Queensland yang juga menimbulkan riak dala hubungan kedua negara. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA