Wakil Perdana Menteri Moldova sekaligus Menteri Infrastruktur dan Pembangunan Regional Andrey Spinu mengatakan dalam postingan Facebook bahwa gas itu dipompa ke fasilitas penyimpanan gas bawah tanah (UGS).
"Beberapa pasokan gas dari Rusia, sekitar lebih dari 200 juta meter kubik, tetap disimpan di Ukraina untuk digunakan di masa depan," katanya seperti dikutip dari
Reuters (23/11).
Ia kemudian mengecam Gazprom yang menurutnya keliru menggunakan fakta itu untuk mengancam akan memotong pasokan.
"Perlu juga diperjelas bahwa volume ini telah dan akan dibayar penuh oleh negara kami," tegasnya.
Rusia telah secara drastis memotong pengiriman gas ke Eropa sebagai tanggapan atas sanksi Barat atas invasinya ke Ukraina.
Moldova melihat pengiriman gasnya ke Rusia dipangkas dan impor listrik regulernya mengering.
Salah satu negara termiskin di Eropa itu terancam menghadapi musim dingin yang keras karena krisis energi "akut" yang berisiko memicu ketidakpuasan rakyat.
Awal pekan ini, perusahaan Gazprom Rusia mengancam akan mengurangi pengiriman gas ke Moldova mulai minggu depan di tengah krisis eneggi, termasuk listrik, di negara itu.
Gazprom juga mengklaim bahwa Ukraina, rute transit utama untuk pasokan gas Rusia ke Eropa, telah mencegah pengiriman sekitar 52,5 juta meter kubik gas ke Moldova, sehingga menyebabkan sebuah "ketidakseimbangan" dalam aliran gas.
Dalam sebuah pernyataan, Perdana Menteri Natalia Gavrilita justru menuding Rusia melakukan pemerasan dan Moldova.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: