Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Hindari Permusuhan Panjang, Turki Sarankan Rusia-Ukraina Segera Duduk di Meja Perundingan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 24 November 2022, 07:45 WIB
Hindari Permusuhan Panjang, Turki Sarankan Rusia-Ukraina Segera Duduk di Meja Perundingan
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu/Net
rmol news logo Konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina telah dan akan menimbulkan banyak kerugian di kedua belah pihak. Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyarankan agar kedua negara segera melalukan perdamaian.
Berbicara di hadapan audiensi Universitas Bilkent di Ankara, Rabu (23/11), Cavusoglu mengatakan Rusia dan Ukraina mau tidak mau harus duduk di meja perundingan untuk menyelesaikan konflik yang sedang berlangsung.

"Tindakan militer tidak akan berakhir dan hanya akan memperpanjang permusuhan," kata Cavusoglu, seperti dikutip dari AFP, Kamis (24/11).

"Dengan satu atau lain cara, perang ini akan berakhir di meja (perundingan)," ujarnya.

"Kami tidak berpikir bahwa itu akan berakhir melalui perolehan militer di lapangan," lanjut menteri, memperingatkan risiko perang yang dapat berlangsung selama beberapa dekade.

Menurut Cavusoglu, Rusia dan Ukraina sudah sangat dekat dengan gencatan senjata selama pembicaraan di Istanbul pada musim semi sebelum kemudian menjauh dari meja perundingan.

Kedua belah pihak belum duduk untuk bernegosiasi sejak pembicaraan di Istanbul pada akhir Maret. Moskow awalnya optimis tentang prospek kesepakatan damai, tetapi kemudian menuduh Kyiv menggagalkan pembicaraan.

Sejak saat itu, Moskow telah berulang kali mengisyaratkan kesiapannya untuk bernegosiasi, sementara Kyiv telah mengirimkan sinyal yang beragam.  

Presiden Ukraina Vladimir Zelensky mengatakan sebelumnya bahwa negaranya tidak "menutup pintu" pada pembicaraan semacam itu tetapi meluncurkan serangkaian persyaratan, mulai dari pengembalian wilayah yang diklaim oleh Kyiv, hingga reparasi keuangan dari Moskow. Rusia menyebut istilah seperti itu "tidak realistis".

"Kenyataannya sejak itu menjadi "lebih kompleks," kata Cavusoglu.

 â€œMenjadi negara NATO tidak berarti bahwa kami tidak dapat (mengadakan pertemuan) dengan Rusia atau negara lain,” jelas Cavusoglu, menambahkan bahwa Turki perlu menjaga keseimbangan di bidang ini.  

Menteri Luar Negeri juga menyebut era modern sebagai "zaman ketidakpastian", menambahkan bahwa "sistem unipolar" yang mulai muncul setelah runtuhnya Uni Soviet terbukti berumur pendek.

"Sistem unipolar dengan cepat bergeser ke arah multipolaritas," kata Cavusoglu, menambahkan bahwa dunia masih mencari identitas sistem. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA