Hambatan tersebut dilaporkan Organisais Kesehatan Dunia (WHO) yang masih kesulitan menyalurkan bantuan untuk penduduk Tigray.
“Proses perdamaian itu belum menghasilkan jenis akses penuh, akses tak terbatas dan dalam skala besar bantuan medis dan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat Tigray,†kata direktur kedaruratan WHO Mike Ryan, seperti dimuat
Al-Arabiya pada Jumat (2/11).
Padahal, kata Ryan, dalam janji gencatan senjata yang ditantangani pada 2 November lalu, keduanya sepakat untuk memberikan akses luas untuk bantuan kemanusiaan akibat perang dua tahun yang telah menewaskan ribuan orang, membuat jutaan orang terlantar, dan menyebabkan ratusan ribu menghadapi kelaparan.
Menurut Ryan, ada masalah di barat Tigray di daerah yang dikuasai milisi, dan daerah lain yang dikuasai pasukan Eritrea.
“Masih ada bagian penting dari negara yang diduduki oleh pasukan Eritrea, yang tidak ada aksesnya, dan laporan yang sangat mengganggu muncul seputar pengalaman orang-orang di sana,†ujarnya.
Pada Oktober, Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menuduh pemerintah Ethiopia menggunakan penolakan makanan dan perawatan kesehatan sebagai senjata perang di Tigray.
Namun pemerintah telah berulang kali membantah jika mereka memblokir pasokan kemanusiaan ke wilayah tersebut.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: