Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bertemu Serdadu FALINTIL, Xanana Mengenang Perjuangan Pahit Mempertahankan Kemerdekan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 13 Desember 2022, 06:56 WIB
Bertemu Serdadu FALINTIL, Xanana Mengenang Perjuangan Pahit Mempertahankan Kemerdekan
Xanana Gusmao/Net
rmol news logo Pertemuan Xanana Gusmao dengan mantan serdadu FALINTIL Teofilo de Jesus menjadi saat-saat yang mengharukan. Presiden Pertama Timor Leste itu memeluk erat laki-laki yang akrab disapa Lasudur.

Dikutip dari Hatutan, pertemuan itu terjadi pada pekan lalu, 7 Desember 2022, bertepatan dengan peringatan Hari Invasi Indonesia ke Timor-Leste yang ke-47. Xanana, yang meskipun tidak lagi memangku jabatan fungsional di pemerintahan, masih sering blusukan ke berbagai daerah. Hari itu, ia mengunjungi Munisipiu  Lautem,  Postu Administratif Lospalos, untuk menemui masyarakat di sana, terutama bernostalgia dengan para mantan prajurit “soldadu” FALINTIL atau Pasukan Pertahanan Timor-Leste.

Bersama Lasudur, Xanana kemudian mengisahkan kembali kenangan pahit tentang perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamirkan FRETILIN pada 28 November 1975, termasuk  terbentuknya Detasemen Penghubung  atau dalam bahasa Portugis  Dastacamento Ligação/DESLIN yang dipimpin langsung olehnya.

“Teofilo de Jesus, salah seorang pemberani. Dari jumlah personil 75  orang di Detasemen Penghubung, saat ini tinggal saya dan Teófilo yang masih hidup,” ujar Xanana masih dengan rasa haru yang dalam.

Ratusan penduduk dan  sejumlah komandan FALINTIL gugur saat operasi Anikilamento oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)  pada November 1978. Membuat ia dan beberapa anggota Detasemen Penghubung FALINTIL harus mundur dan bersembunyi di dalam semak belukar dan gua di wilayah Lautem.

Dalam persembunyian itulah Xanana mempelajari rencana penyerangan dan membangun komunikasi dengan sejumlah komandan FALINTIL dari sektor utara, sektor selatan dan sektor tengah.

Ketika bersembunyi di bukit Paixao, Lautem, Xanana ditemani beberapa komandan FALINTIL seperti Falu Txai, Konis Santana, Mau Velis, Koro Asu, Raja Miquelm Dinis de Carvalho,  Sakin Mere, Harin Nere, Holt Tatxa, Kapulai, Latu Asa, Nelo ka Domi Timor, Bere Malay Laka, Mau Koliha, Dinis Conceição, Amu Afónso termasuk Lere Anan Timur.

Lasudur, yang masih nampak gagah di usia senjanya mengaku bangga  dapat bertemu dengan lagi dengan Xanana. Ia memaparkan bahwa perjuangan panjang yang dipimpin seorang Xanana Gusmão tidaklah segampang membalikan telapak tangan. Tetapi, butuh keberanian dan pengorbanan.

“Tidak ada kata-kata yang bisa saya ceritakan dalam pertemuan mengharukan itu. Saya hanya berpesan kepada Pak Xanana untuk tetap berjuang mambangun negeri ini dan menyejahterakan rakyat ini,” tutur Lasudur.

Pertemuan mengharukan dengan Lasudur dilanjutkan dengan pertemuan lain. Dari ujung timur Timor-Leste, Xanana kemudian bertolak ke Munisipiu Viqueque untuk mengunjungi Palmira Lopes. Palmira Lopes  adalah seorang warga yang diselamatkan oleh Xanana saat menjalani hukuman oleh para pemimpin Comite Central FRETILIN (CCF) di  wilayah Bautea- Uatulari-Viqeuque pada tahun 1978.

Palmira Lopes sama beberapa teman-temannya mengalami penyiksaan luar biasa setelah ditangkap. Sebagian dari mereka meninggal dunia.

Xanana yang saat itu menjadi salah satu tokoh penting dalam kubu CCF melakukan intervensi dan membebaskan para tahanan perempuan termasuk Palmira Lopes. Mereka dihukum karena dianggap musuh FRETILIN dan berhaluan ke partai  Uni Demokrasi Timor (União Democrática Timorense/UDT).

Xanan mendengar bahwa saat ini Palmira Lopes dalam keadaan sakit dan berbaring sendiri di pondoknya di Suku Babulu,  Uatulari-Atas, Viqueque.

Rasa sedih dan haru tak bisa dibendung manakala ia melihat kondisi kesehatan Palmira Lopes, termasuk rumahnya yang sudah tidak layak huni. Ia berencana akan membantu merenovasi rumah itu.

Xanan kemudian melanjutkan kunjungannya dan bertemu dengan Ana Maria Amaral dan veterana “BI-TALI”.

Melihat kedatangan Xanana, keduanya terharu dan menangis memeluk Xanana.

“Jika bukan Xanana, kami sudah mati tersiksa oleh beberapa anggota CCF waktu itu,” ujar Palmira sambil menangis. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA