Sejumlah pendukung timnas Prancis terlibat beberapa bentrokan sengit dengan petugas saat polisi anti huru hara dikerahkan untuk membubarkan massa yang menduduki jalan ikonik Champs Elysees di pusat kota Paris.
"Dalam situasi seperti itu, hanya mereka yang datang untuk berperang yang tersisa," kata seorang sumber polisi, seperti dikutip dari
AFP, Senin (19/12).
Foto dan video yang beredar di media sosial menunjukkan sekelompok besar petugas polisi yang mengenakan perlengkapan anti huru hara mengejar para penggemar di Champs Elysees sambil menendang dan memukul mereka dengan tameng.
Fans terlihat melawan dan melemparkan kembang api ke petugas di beberapa video. Namun, sebagian besar video hanya menampilkan massa yang melarikan diri dari aparat penegak hukum.
Salah satu video juga memperlihatkan seorang pria tergeletak di tanah dan dikelilingi oleh petugas polisi. Menurut Le Parisien, polisi menyerbu sekelompok kecil penggemar yang melempar botol dan kembang api dan berhasil membubarkan mereka dengan cepat.
Satu jam setelah pertandingan berakhir, polisi menangkap sekitar sepuluh orang atas kepemilikan kembang api, lapor Le Parisien.
Tidak ada laporan tentang cedera atau kerusakan properti, meskipun beberapa orang di media sosial berbicara tentang kerusuhan di Paris setelah pertandingan terakhir.
Polisi mengerahkan lebih dari 2.700 petugas ke Paris menjelang pertandingan untuk mengantisipasi potensi kerusuhan. Ini dilakukan setelah Ibukota Prancis serta kota-kota lain di negara itu menyaksikan pecahnya kekerasan menyusul kemenangan semifinal Piala Dunia Prancis atas Maroko pekan lalu.
Seorang anak laki-laki tewas di kota Montpellier, Prancis selatan, setelah ditabrak oleh sebuah mobil di tengah bentrokan penggemar sepak bola.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.