Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Larang Perempuan Masuk Universitas, Afghanistan Dikecam Arab Saudi hingga Jerman

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 22 Desember 2022, 07:18 WIB
Larang Perempuan Masuk Universitas, Afghanistan Dikecam Arab Saudi hingga Jerman
Ilustrasi/Net
rmol news logo Arab Saudi bersama sejumlah negara menyayangkan keputusan keputusan pemerintah Afghanistan yang dikelola Taliban untuk menangguhkan akses universitas bagi siswa perempuan.

Dalam pernyataannya pada Rabu (21/12), Kementerian Luar Negeri Arab Saudi meminta Taliban untuk membatalkan langkah tersebut.

"Larangan Taliban atas pendidikan universitas bagi perempuan bertentangan dengan memberikan hak hukum penuh kepada perempuan Afghanistan, yang terutama adalah hak atas pendidikan, yang berkontribusi untuk mendukung keamanan, stabilitas, pembangunan dan kemakmuran bagi Afghanistan dan saudara-saudaranya,” kata kementerian, seperti dikutip dari Al-Arabiya, Kamis (22/12).

Selain Arab Saudi, Perserikatan Bangsa-Bangsa, pemerintah asing, dan kelompok hak asasi manusia ikut angkat bicara atas keputusan Taliban.

“Ini adalah langkah lain yang sangat meresahkan dan sulit membayangkan bagaimana negara dapat berkembang, menghadapi semua tantangan yang ada, tanpa partisipasi aktif perempuan dan pendidikan perempuan," kata Stephane Dujarric, juru bicara PBB.

Amerika Serikat melalui Menteri Luar Negeri Antony Blinken, mengecam langkah pemerintah Afghanistan.

“Sangat kecewa dengan pengumuman dari Taliban yang menolak hak perempuan untuk mengenyam pendidikan universitas. Wanita Afghanistan pantas mendapatkan yang lebih baik. Afghanistan layak mendapatkan yang lebih baik," kata Blinken.

Taliban, katanya, baru saja secara definitif membatalkan tujuan mereka untuk diterima oleh komunitas internasional.

Kementerian Luar Negeri Qatar juga menyatakan keprihatinan atas direbutnya hak-hak perempuan untuk mengenyam pendidikan.

“Negara Qatar mengungkapkan keprihatinan dan kekecewaan yang mendalam atas keputusan pemerintah sementara Afghanistan untuk menangguhkan studi anak perempuan dan perempuan di universitas-universitas Afghanistan," kata kementerian itu.

“Sebagai negara Muslim di mana perempuan menikmati semua haknya, terutama pendidikan, Negara Qatar menyerukan kepada pemerintah sementara Afghanistan untuk meninjau kembali keputusannya sejalan dengan ajaran agama Islam tentang hak-hak perempuan," lanjutnya.

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengungkapkan kekhawatiran serupa, berjanji untuk mbawa masalah itu ke G7.

“Dengan menghancurkan masa depan anak perempuan dan perempuan di Afghanistan, Taliban memutuskan untuk menghancurkan masa depan negara mereka sendiri. Saya akan memasukkan masalah ini ke dalam agenda G7 besok. Taliban mungkin mencoba membuat wanita tidak terlihat, tetapi tidak akan berhasil - dunia sedang menonton," katanya.

Agnes Callamard, Sekretaris Jenderal, Amnesti Internasional menyebut langkah Taliban bentuk kebencian terhadap perempuan.

“Ini adalah kebencian, ekspresi kekerasan lainnya untuk mempertahankan dan mempertahankan kekuasaan laki-laki atas perempuan, untuk menjaga perempuan dalam ruang kecil tanpa udara. Inilah yang dilakukan Taliban terhadap Afghanistan. Penjara untuk wanita," katanya.

Sebelumnya pada Selasa (20/12), Taliban menangguhkan akses universitas untuk mahasiswi, menarik kecaman dari pemerintah asing dan mempersulit upaya pemerintah Taliban untuk mendapatkan pengakuan internasional. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA