Sehingga saat ini Uganda akan berupaya untuk mengubah uji coba vaksin dengan lebih fokus mengukur keefektifan vaksin kepada orang yang pernah kontak erat dengan seseorang yang terinfeksi Ebola.
Hal tersebut dikatakan oleh Menteri Kesehatan Uganda Jane Ruth Aceng yang dimuat
AllAfrica pada Kamis (22/12).
"Tidak ada lagi kasus dan tidak ada lagi kontak. Jadi, para ilmuwan sedang mengevaluasi desain penelitian alternatif untuk menilai kegunaan vaksin ini dalam melindungi orang dari infeksi Ebola," ujar Jane Ruth.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun baru menyerahkan kepada pejabat Uganda lebih dari 4.000 dosis vaksin uji coba Ebola pada Kamis(22/12) kemarin, dengan 2.000 vaksin dari Oxford Indian Serum Institute dan lebih dari 2.000 vaksin lainnya dari AS Merck.
Namun sebelum para ilmuwan melakukan uji coba kepada masyarakat, mereka akan melakukan pertemuan lebih dulu dengan pakar global pada 12 Januari mendatang untuk menyelesaikan dan menyetujui perubahan uji coba ini.
“Uji coba yang kami lakukan dirancang untuk menjawab tiga pertanyaan yang disingkat I-S-E. Imunogenisitas, Efikasi, dan Keamanan. Seperti, apakah vaksin ini dapat menginduksi kekebalan pada manusia jika diberikan? Apakah aman? Bisakah kekebalan itu mencegah penyakit?," ujar peneliti utama uji coba vaksin Ebola, Bruce Kirenga.
Kini Uganda yang telah mencatat 142 kasus positif dan 55 kematian akibat wabah Ebola pada September lalu juga perlu menunggu hingga 10 Januari mendatang untuk secara resmi dapat menyatakan bahwa negaranya telah bebas dari Ebola.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: