Hal ini dikatakan oleh Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) pada pekan ini. Mereka mengatakan tengah mengkhawatirkan nasib para Muslim Rohingya yang melarikan diri dari kamp yang penuh dan sesak di Bangladesh itu.
Menurut UNHCR, kapal yang tidak layak ditumpangi oleh para pengungsi Rohingnya kemungkinan telah mengalami keretakan pada awal Desember ini sebelum kehilangan kontak.
Hampir 200 orang Rohingya dikhawatirkan tewas atau hilang di laut tahun ini, sehingga 2022 ini kemungkinan menjadi salah satu tahun terburuk bagi para pengungsi Rohingnya yang sedang berjuang mencari tempat aman untuk berlindung.
“Kami berharap 180 orang yang hilang masih hidup di suatu tempat di luar sana”, kata jurubicara UNHCR Babar Baloch, kepada
Reuters pada Senin (26/12).
Lebih lanjut, Baloch mengatakan bahwa pihaknya sejauh ini tidak bisa melihat dengan jelas lokasi kapal dengan 180 penumpang yang hilang itu.
Sementara menurut laporan lainnya dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dalam sebuah pernyataan yang dimuat Telegraph India mengatakan bahwa ada 57 laki-laki Rohingya yang mendarat di kabupaten Aceh Besar di Indonesia pada 25 Desember kemarin, dengan bantuan dari masyarakat setempat.
Menurut laporan tersebut, kapal khusus laki-laki itu diyakini berangkat dari Bangladesh dan telah menghabiskan waktu selama hampir sebulan terapung-apung di tengah laut. Namun sampai saat ini, pemerintah Indonesia belum menanggapi permintaan komentar.
Tahun ini setelah pandemi Covid-19 mulai berangsur membaik, jumlah orang Rohingya yang mencoba melarikan diri menggunakan perahu tercatat telah mengalami peningkatan. Menurut kelompok HAM, angka tahun ini tercatat mengalami peningkatan lima kali lipat lebih banyak dari pada tahun sebelumnya.
BERITA TERKAIT: