Gencatan senjata sepihak selama 36 jam yang diumumkan oleh Presiden Vladimir Putin pada Jumat (6/1) telah berakhir pada Minggu (8/1).
Gencatan senjata dilakukan lantaran sebagian besar umat Kristen Ortodoks di Rusia dan Ukraina merayakan Natal pada 7 Januari.
Setelah gencatan senjata, Kremlin mengatakan Moskow akan terus maju dengan apa yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina.
"Tugas yang ditetapkan oleh presiden (Putin) untuk operasi militer khusus akan tetap dipenuhi. Dan pasti ada kemenangan," kata wakil kepala staf pertama Putin, Sergei Kiriyenko, seperti dikutip
TASS.
Memasuki bulan ke-11, perang antara Rusia dan Ukraina telah menewaskan ribuan orang, jutaan orang lainnya terlantar.
Gubernur wilayah Donetsk di Ukraina, Pavlo Kyrylenko, mengatakan ada sembilan serangan rudal di wilayah itu dalam semalam, termasuk tujuh di Kota Kramatorsk yang babak belur. Informasi awal, tidak ada korban jiwa.
Ledakan juga terdengar di Kota Zaporizhzhia, pusat administrasi wilayah Zaporizhzhia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Rabu (4/1) mengatakan Rusia sedang merencanakan serangan baru yang besar.
Ada kekhawatiran yang berkembang bahwa Belarus, pendukung setia Moskow, dapat digunakan sebagai pos persiapan untuk menyerang Ukraina dari utara.
Saluran Telegram tidak resmi yang memantau aktivitas militer di Belarus melaporkan sekitar 1.400 hingga 1.600 tentara Rusia tiba dari Rusia ke kota timur laut Vitebsk di Belarus selama dua hari terakhir.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: