Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Soroti Kedekatan Rusia-China, NATO: Apa yang Terjadi di Eropa Hari Ini, Bisa Terjadi di Asia Timur Besok

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 02 Februari 2023, 09:39 WIB
Soroti Kedekatan Rusia-China, NATO: Apa yang Terjadi di Eropa Hari Ini, Bisa Terjadi di Asia Timur Besok
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg/Net
rmol news logo Blok Barat membutuhkan lebih banyak teman di Asia, di tengah kebangkitan Beijing dan berkembangnya hubungan China-Rusia.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengemukakan pandangannya itu saat berbicara di Tokyo pada Rabu (1/2).

Saat ini China dan Rusia memimpin dorongan otoriter terhadap tatanan berbasis aturan internasional, dan hubungan mereka yang berkembang menimbulkan ancaman keamanan yang harus ditangani bersama oleh kekuatan Barat dan Asia, menurutnya.

“Fakta bahwa Rusia dan China semakin dekat, dan investasi signifikan oleh China dan kemampuan militernya menggarisbawahi bahwa China menimbulkan ancaman, menimbulkan tantangan juga bagi sekutu NATO,” kata Stoltenberg, seperti dikutip dari RT, Kamis (2/2).

Stoltenberg mengingatkan, bahwa keamanan bukan hanya regional tetapi global. Sehingga, NATO perlu memastikan ia memiliki teman dan bekerja lebih erat dengan mitranya di Indo-Pasifik.

Pernyataan Stoltenberg datang sehari setelah dirinya bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida untuk membahas bagaimana mempererat hubungan antara Tokyo dengan aliansi militer Barat.

Sambil mengklaim bahwa NATO tidak menganggap China sebagai musuh, Stoltenberg mengatakan kebijakan koersif Beijing menurutnya sangat meresahkan.

Dia juga menuduh China menindas tetangganya di Laut China Selatan, mengancam Taiwan, menyebarkan disinformasi tentang konflik Rusia-Ukraina, dan memperluas kekuatan militer nuklir dan konvensionalnya tanpa transparansi apa pun. Dan menurutnya, hubungan China yang semakin dalam dengan Rusia telah menambah kekhawatiran.

“Moskow dan Beijing memperdalam kemitraan strategis mereka,” kata Stoltenberg.

Ia merujuk pada latihan militer bersama antara China dan Rusia di sekitar Jepang, patroli angkatan laut dan udara bersama juga di sekitar Jepang, serta kerja sama ekonomi keduanya yang terus mengalami peningkatan. China juga menjadi salah satu dari sedikit sekali yang tidak mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.

Kepala NATO mengklaim bahwa jika Rusia memenangkan konfliknya dengan Ukraina, itu akan mengirim pesan bahwa rezim otoriter dapat mencapai tujuan mereka melalui kekerasan.  

"Ini berbahaya. Beijing mengamati dengan cermat dan mempelajari pelajaran yang dapat memengaruhi keputusannya di masa depan. Apa yang terjadi di Eropa hari ini, bisa terjadi di Asia Timur besok," ujar Stoltenberg. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA