Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Penanganan Kasus Pelecehan di Gereja Timbulkan Konflik, Paus Fransiskus Ingatkan Komisi tentang "Momen Reparasi"

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 06 Mei 2023, 07:42 WIB
Penanganan Kasus Pelecehan di Gereja Timbulkan Konflik, Paus Fransiskus Ingatkan Komisi tentang "Momen Reparasi"
Paus Fransiskus berpidato dalam pertemuan dengan para anggota Komisi Kepausan untuk Perlindungan Anak di Bawah Umur di Vatikan, 5 Mei 2023/Net
rmol news logo Pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur dan penanganan yang buruk oleh para pemimpin gereja telah menjadi salah satu tantangan terbesar.

Paus Fransiskus mengemukakan keprihatinannya di depan anggota Komisi Kepausan untuk Perlindungan Anak di Bawah Umur pada Jumat (5/5). Dalam pidato utamanya itu ia menekankan pentingnya membuat perbaikan atas kegagalan masa lalu.

Sekarang ini, katanya, adalah saat yang mendesak untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Terutama kepada generasi sebelumnya dan kepada mereka yang menderita atas peristiwa buruk itu.

Dikutip dari Reuters, Paus Fransiskus juga mendesak mereka untuk tidak berkecil hati ketika tampaknya tidak ada kemajuan yang dicapai. “Bahkan ketika jalan ke depan sulit dan menuntut, saya mendorong Anda untuk tidak
terjebak,” katanya.

Dia menambahkan bahwa selama dekade terakhir, semua telah belajar banyak, termasuk dirinya sendiri. Bersamaan dengan langkah-langkah untuk menangkal terulangnya masalah ini. Paus juga mengarahkan Komisi ke arah apa yang disebutnya sebagai "spiritualitas perbaikan".

“Rasa kehilangan yang mengerikan yang dialami banyak orang akibat pelecehan, kadang-kadang tampak seperti beban yang terlalu berat untuk ditanggung. Namun, Tuhan, yang membawa kelahiran baru di setiap zaman, dapat memulihkan kehidupan ini," ujarnya.

Paus Fransiskus membentuk Komisi Kepausan untuk Perlindungan Anak di Bawah Umur pada 2014 atas rekomendasi Dewan Kardinal. Saat itu, Kardinal Amerika Sean O'Malley menjabat sebagai presiden komisi dan Pastor Andrew Small dari Inggris sebagai sekretarisnya.

Baik dulu maupun sekarang, komisi tersebut mencakup pria dan wanita awam serta korban pelecehan, tetapi banyak yang telah berubah sejak saat itu, termasuk keanggotaannya, kepemimpinannya, dan terutama integrasi komisi ke dalam Dikasteri untuk Ajaran Iman, dan bagaimana kantor Vatikan itu menangani kasus pelecehan.

Sejak didirikan, komisi tersebut telah menghadapi serangkaian pasang surut, termasuk kemunduran yang signifikan dengan kritik terhadap keefektifannya. Ditambah dengan kepergian anggota terkenal, penyintas pelecehan Irlandia dan advokat Marie Collins, yang mengundurkan diri pada 2017 karena dugaan rasa frustrasi atas apa yang dia katakan sebagai upaya oleh beberapa pejabat dan kantor Vatikan untuk menghalangi reformasi yang diusulkan komisi.

Pada Maret 2023, komisi itu mendapat pukulan lain ketika Pastor Hans Zollner Jesuit Jerman, seorang anggota pendiri komisi dan salah satu tokoh gereja yang paling dikenal dalam hal perlindungan anak, membuat pengumuman yang mengejutkan tentang keputusannya untuk mengundurkan diri. Ia mengatakan ada masalah dan kesulitan dengan birokrasi Vatikan terkait dengan “tanggung jawab, kepatuhan, akuntabilitas, dan transparansi.”

“Teruslah menjangkau, teruslah berusaha untuk menanamkan kepercayaan pada orang yang Anda temui dan yang berbagi tujuan bersama ini dengan Anda," ujar Paus.

"Jangan berkecil hati ketika tampaknya hanya sedikit yang berubah menjadi lebih baik. Bertekun dan terus bergerak maju!” tambah Paus. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA