Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kasus Penembakan di Sinagoga Dinilai Mampu Pererat Hubungan Presiden Tunisia dengan Barat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Kamis, 11 Mei 2023, 10:46 WIB
Kasus Penembakan di Sinagoga Dinilai Mampu Pererat Hubungan Presiden Tunisia dengan Barat
Presiden Tunisia, Kais Saied/Net
rmol news logo Insiden penembakan yang menewaskan dua orang Yahudi yang sedang beribadah di sebuah sinagog di Pulau Djerba, Tunisia, serta tiga petugas keamanan, diperkirakan mampu memperkuat hubungan Presiden Kais Saied dengan Barat.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Asosiasi dan Kepala MENA Country Risk Desk di S&P Global Market Intelligence, Jack Kennedy, selama wawancara dengan The Media Line, pada Kamis (11/5).

Menurut Kennedy, imbas dari serangan bersenjata yang dilakukan oleh oknum polisi Tunisia tersebut, akan mendorong pemerintah setempat memperketat protokol keamanan.

Bersamaan dengan itu, Presiden Saied akan memperoleh celah untuk mendapat dukungan keamanan dari Barat, yang bertujuan agar insiden serupa tidak terulang kembali.

"Meskipun Saied tidak disukai karena kebijakannya yang otoriter, tetapi Barat mau tidak mau bekerja sama dengannya untuk menjamin keselamatan bangsa Yahudi," ujar Kennedy.

Selain itu, Kennedy percaya bahwa insiden tersebut dapat menjadi pengaruh bagi Saied untuk mengamankan lebih banyak kerja sama Barat.

"Kejadian terbaru kemungkinan akan memperkuat posisi Saied untuk mempertahankan hubungan yang lebih kuat dengan Barat, khususnya AS, dalam menjaga kerja sama keamanan dan dukungan keuangan," ungkapnya.

Menurut Kennedy, Barat tidak akan membiarkan ekonomi Tunisia hancur begitu saja, karena akan berdampak pada maraknya aksi kekerasan atau bahkan protes besar-besaran seperti di tahun 2011.
 
"Keruntuhan besar ekonomi Tunisia dan pasukan keamanan akan menyebabkan kekerasan yang lebih bermotivasi agama," jelasnya.

Pada Selasa (9/5), seorang anggota polisi menembaki jamaah Yahudi yang sedang melakukan ziarah tahunan di sinagoga Ghriba.

Menurut Kementerian Dalam Negeri Tunisia, serangan itu menewaskan lima orang, di antaranya adalah dua jemaah Yahudi dan tiga petugas penjaga Tunisia. Jumlah ini tidak tidak termasuk penyerang yang berhasil dibunuh oleh pasukan keamanan.  

Dua orang Yahudi tersebut teridentifikasi sebagai Aviel Haddad (30) seorang warga negara ganda Israel-Tunisia, dan Benjamin Haddad (42) seorang pengusaha Prancis.

Ini adalah serangan pertama terhadap komunitas Yahudi Tunisia sejak lebih dari dua dekade terakhir.

Serangan terakhir terjadi pada tahun 2002 ketika sebuah bom truk meledak di luar sinagoga Ghriba, menewaskan 19 orang. Serangan itu didalangi oleh Al-Qaeda. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA