Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Aksi Protes Uighur Tahun 1980-an Memiliki Kaitan Erat dengan Tragedi Lapangan Tiananmen 1989

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Selasa, 06 Juni 2023, 16:20 WIB
Aksi Protes Uighur Tahun 1980-an Memiliki Kaitan Erat dengan Tragedi Lapangan Tiananmen 1989
Dosen Universitas Jawaharlal Nehru India, Mahesh Ranjan Debata dalam Seminar bertajuk "Mengingat Tragedi Lapangan Tiananmen 1989: Mengapa Itu Terjadi dan Bagaimana Penghancurannya?", yang digelar FISIP UMJ pada Senin, 5 Juni 2023/Net
rmol news logo Tragedi berdarah di lapangan Tiananmen 1989 merupakan salah satu pelanggaran HAM berat yang dilakukan militer China terhadap pengunjuk rasa tak bersalah yang saat itu tengah melakukan aksi protes secara damai.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Tidak ada angka pasti mengenai jumlah korban yang tewas dalam insiden tersebut, tetapi pemerintah China mengklaim jumlahnya mencapai 200. Sementara para pemimpin mahasiswa mengatakan sekitar 3.400.

Sebelum tragedi memilukan di Tiananmen, ternyata terdapat serangkaian protes serupa yang lebih dulu dilakukan dan diinisiasi oleh mahasiswa dan warga sipil dari komunitas Uighur.

Hal itu diungkap Dosen Universitas Jawaharlal Nehru India, Mahesh Ranjan Debata, dalam seminar bertajuk "Mengingat Tragedi Lapangan Tiananmen 1989: Mengapa Itu Terjadi dan Bagaimana Penghancurannya?", yang digelar FISIP UMJ pada Senin (5/6).

Menurut paparan Mahesh, terdapat dua gerakan protes demokrasi oleh etnis Uighur di tahun 1985 dan 1988 yang menjadi batu loncatan sebelum peristiwa Tiananmen 1989.

"Gerakan-gerakan ini menciptakan kesadaran yang kuat di kalangan Uighur untuk memperjuangkan hak dan kebebasan mereka," kata Mahesh.

Protes pertama yang terjadi pada 12 Desember 1985, diceritakan Mahesh mengikutsertakan 40 ribu mahasiswa Uighur yang ada di Universitas Xinjiang.

"Mereka berbaris di lapangan rakyat Urumqi untuk menghentikan uji coba nuklir yang akan dilakukan oleh pemerintah China, menolak kebijakan satu anak dan pembatasan di pemerintah," jelasnya.

Kemudian pada 15 Juni 1988, gelombang protes demokrasi terjadi di Urumqi dan saat itu dipimpin oleh mahasiswa Uighur di Turkistan Timur untuk mengkritik kebijakan diskriminasi China.

"Protes itu melengkapi rangkaian protes demokrasi China hingga pembantaian Tiananmen 1989," ungkap Mahesh.

Dikatakan Mahesh, hubungan antara protes mahasiswa Uighur dengan tragedi Tiananmen terletak pada salah satu aktivis bernama Örkesh Dölet yang saat ini menetap di Taiwan.

Dia adalah seorang aktivis mahasiswa Uighur dan kemudian memiliki peran penting selama protes di Tiananmen 1989.

Menurut beberapa kelompok hak asasi manusia, Komunis China telah menahan lebih dari 1 juta orang Uighur yang menentang dalam sebuah "kamp pendidikan ulang", dan menghukum ratusan ribu orang dengan hukuman penjara.

Sementara itu, hingga kini, pemerintah China tidak pernah mengakui tragedi pembantaian di lapangan Tiananmen, bahkan itu dianggap sebagai hal tabu.

Di China, Hong Kong serta Makau orang-orang dilarang untuk memperingati tragedi yang terjadi pada 4 Juni 1989 tersebut. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA